Aroma balas dendam sudah terlihat beberapa jam sebelum laga. Spanduk provokatif terpampang di pertigaan Kartasura. Spanduk ini untuk menyambut kedatangan tim kebanggaan publik Sleman yang melewati jalan tersebut. Dua spanduk tersebut bertuliskan, ""Welcome To Hell, Elang'e Dadi Emprit" dan "Sleman Is Dead, This Is Solo".
Pemain PSS Sleman yang sudah memasuki stadion, juga diliputi ketakutan. Saat sesi pemanasan sebelum laga, hanya dua pemain PSS masing-masing Aji Saka dan Ali Barkah yang melakukan pemanasan. Pemain lainnya tetap berada di ruang ganti. Sedangkan awak armada Laskar Sambernyawa seluruhnya menjalani pemanasan.
Saat pertandingan dimulai, teror penonton langsung membuncah. Baru 10 menit berlangsung, pemain PSS, Satrio Aji terkena lemparan batu. Gelandang PSS ini mengalami pendarahan di kepalanya dan langsung mendapat perawatan medis. Kejadian ini hampir sama saat Persis LPIS melawat ke kandang PSS pada putaran pertama lalu. Kiper Persis LPIS I Komang Putra juga terkena lemparan botol dan mengalami pendarahan di kepalanya.
Laga sempat dihentikan. Setelah ada diskusi, wasit kembali melanjutkan laga setelah dihentikan 10 menit. Sepanjang laga berlangsung keras, terutama dipertontonkan tim tuan rumah. Terutama pada menit ke 40, saat Sidiq Kuncoro melakukan takling keras kepada wing back PSS Topas Pamungkas. Eks pemain PSIM ini merasakan sakit yang luar biasa. Dia terpaksa ditandu keluar lapangan dan digantikan Anggo Julian.
Akhirnya kerusuhan pecah saat babak pertama berakhir. Bench atau bangku cadangan pemain PSS Sleman, tiba-tiba dihujani benda-benda keras seperti botol, batu dan lainnya. Punggawa tim yang berdiri sejak 1976 ini lari kocar kacir. Mereka menyelamatkan diri lari ke tengah lapangan agar lemparan dari tribun penonton tidak mampu menjangkaunya.
Pihak keamananan pun langsung memasuki lapangan. Mereka mengawal pemain PSS memasuki ruan ganti. Meski dalam kawalan petugas, penonton terus meneror dan sesekali melempari pemain PSS saat menuju ruang ganti. Suasana benar-benar mencekam bagi Laskar Elang Jawa.
Tampak di ruang ganti, pemain dan ofisial PSS melakukan diskusi seputar kelanjutan laga. Diskusi berlangsung lama, sampai 15 menit waktu jeda, mereka tetap berada di ruang ganti. Panpel dan pihak keamanan pun menemui tim PSS. Tujuannya agar PSS melanjutkan laga babak kedua, mengingat pemain Persis LPIS sudah memasuki lapangan.
Hampir 40 menit, pemain PSS belum memasuki lapangan. Setelah terjadi diskusi panjang lebar, PSS memilih tidak melanjutkan pertandingan. Alasannya, dengan suasana stadion yang penuh teror, keselamatan pemain tidak terjamin jika dipaksakan melanjutkan laga. Panpel dan pihak keamanan sudah memastikan suasana sudah terkendali dan menjamin keselamatan. Namun, PSS tetap pada pendiriannya.
Pengawas pertandingan pun akhirnya mengumumkan melalui pengeras suara.
Pertandingan tidak dilanjutkan dan memberi kemenangan WO untuk Persis LPIS. Sementara itu, pemain dan ofisial PSS masih bersembunyi di ruang ganti. Ribuan pendukung Persis LPIS juga masih memadati seisi pertandingan meski sudah diumumkan laga dihentikan.
Bahkan di tengah lapangan, pemain Persis LPIS dan suporternya seperti menyindir rival bebuyutannya itu yang dianggap tidak bertaji. Mereka bermain bola sendiri dan menyarangkan tiga gol, sebagai bentuk hadiah kemenangan WO yang diraih.
Manajer Persis LPIS Joni Sofyan Erwandi mengungkapkan, seharusnya PSS Sleman tetap tampil melanjutkan laga. "Kan dari panpel dan pihak keamanan sudah menyatakan suasana terkendali. Keamanan dan keselamatan sudah terjamin, tapi mengapa tetap takut. Berarti mereka tidak percaya dengan pihak kepolisian," katanya.
Dia juga mengomentari pada pertemuan kedua tim putaran pertama lalu. Saat Persis LPIS melawat ke kandang PSS di Stadion Maguwoharjo, pemain Persis LPIS juga mendapat teror luar biasa dari pendukung Sleman. Kiper Persis LPIS I Komang Putra juga terkena lemparan botol dan mengalami pendarahan. "Toh kami tetap melanjutkan laga, karena kami percaya kepada pihak keamanan," imbuhnya.
Sementara Manager Operasional PSS Sleman Rumadi enggan berkomentar banyak seputar laga yang penuh gengsi tersebut. Dia juga tidak bersedia mengomentari kekalahan WO yang diberikan. Dia hanya menyanyangkan aksi yang kurang terpuji dari suporter tuan rumah.
"Rusuh, rusuh. Tanyakan kepada yang lain saja," ungkapnya singkat.
Bek PSS Kristian Adelmund mengungkapkan terlalu berbahaya untuk melanjutkan pertandingan. PSS memilih tidak bermain di babak kedua. "Too dangerous to finish the match," kata pemain berpaspor Belanda.
Dari kelompok suporter kedua tim masing-masing Pasoepati (suporter Persis) serta Slemania dan Brigata Curva Sud (suporter PSS Sleman)memilih tidak berkomentar atas insiden di Mahanan. "Saya dan teman-teman lain diinstruksikan oleh Sekjend, belum bisa memberikan keterangan dulu kepada media. Menunggu perkembangan dulu, apalagi saat ini banyak teman-teman belum pulang," kata salah satu pentolan Pasoepati, April.
Silahkan berkomentar dan Terima kasih
*Untuk menyisipkan Emoticon, pilih Emoticonnya
*Untuk menyisipkan Kode, gunakan konversi kode
Konversi KodeEmoticon