Bahkan, ketika gunung meletus pukul 02.51 WIB tadi, ada 20 orang tengah melakukan pendakian. Beruntung, semuanya berhasil dievakuasi dengan selamat. Baru setelah letusan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Sinabung menjadi Siaga (Level III).
Terkelin Sembiring, salah seorang warga Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran menyatakan rasa prihatinnya karena pemerintah setempat masih tidak taktis dalam mengatasi masalah ini. Tidak ada pemberitahuan awal kepada warga tentang situasi gunung sebelum letusan ini.
“Tidak ada early warning apapun dari pemerintah daerah. Apakah dua minggu atau seminggu sebelum letusan ini, padahal ada pos pengamatan di sini yang terus memantau kondisi gunung,” ujarnya.
Sementara itu, letusan Gunung Sinabung menyebabkan terjadinya pengungsian sekitar 1.500 orang. Mereka ditempatkan di sejumlah lokasi pengungsian.
Kapolres Karo AKBP Alberd Sianipar menyatakan, warga yang mengungsi ini berasal dari 11 desa yang ada di sekitar gunung. Mereka dievakuasi petugas sejak pukul 06.00 WIB. “Sejak pukul enam pagi, petugas kita sudah melakukan evakuasi,” katanya.
Para pengungsi saat ini ditempatkan di empat lokasi penampungan. Masing-masing di Jambur (tempat pertemuan) Sempakata, dan Klasis di Kabanjahe, kemudian Jambur Taras di Kecamatan Berastagi, dan ada yang di jambur di Kecamatan Payung. “Sebagian pengungsi malah sudah ada yang pulang karena desanya aman dari abu letusan gunung,” kata Alberd.
Sementara itu, tiga desa di punggung Gunung Sinabung harus segera dikosongkan. Ini untuk mengantisipasi adanya korban jika aktivitas gunung berapi tersebut meningkat. “Dari 11 desa yang terkena abu vulkanik karena dekat dengan gunung, maka ada tiga desa yang harus dikosongkan,” tambah Kapolres.
Ketiga desa tersebut yakni Desa Simacem dan Desa Bekerah di Kecamatan Naman Teran, serta Desa Suka Meriah di Kecamatan Payung. Untuk kepentingan pengamanan di ketiga desa yang jaraknya mencapai tiga kilometer dari gunung itu, sejumlah petugas kepolisian ditempatkan. Mereka berjaga di sana bersama pihak pemerintahan desa dan pihak kecamatan.
Situasi saat ini, kata Alberd, banyak desa yang sudah ditinggalkan warganya, tidak hanya tiga desa yang harus kosong itu. Hal itu terjadi karena warga khawatir terkena imbas letusan. Di seluruh kawasan itu, petugas sudah ditempatkan untuk mengantisipasi berbagai kerawanan.
Sementara itu menurut petugas Pos Pemantau Gunung Api Sinabung, hujan debu melanda kawasan di sekitar gunung. “Letusan terjadi pagi tadi, sekitar pukul 02.51 WIB," kata Armen Putra, petugas Pos Pemantau Gunung Api Sinabung.
Letusan itu, kata Armen, memuntahkan abu vulkanik yang melanda desa-desa yang berada di sekitar kawasan. "Untuk sementara itu dulu yang bisa disampaikan," kata Armen.
Sementara itu, gunung Sinabung kini statusnya menjadi Siaga (Level III). “PVMBG Badan Geologi telah meningkatkan statusnya dari Waspada (level II) menjadi Siaga (Level III) terhitung mulai Minggu (15/9) pukul 03.00 WIB,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.
Dengan ditetapkannya status siaga, maka tidak boleh ada aktivitas apapun di radius 3 km dari kawah yang berada di puncak gunung. Pasca letusan masyarakat di beberapa desa di kaki gunung Sinabung telah melakukan evakuasi mandiri. Beberapa desa itu antara lain, Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Desa Kutarayat, Kutagugung, Simacem dan Bekerah di Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo.
Berdasarkan data parameter kegunungapian yang dipantau Pos Gunung api Sibanung, tercatat terjadi 255 gempa vulkanik dalam, 16 kali gempa hembusan, 5 gempa tektonik local, 24 gempa tektonik jauh, dan tremor 15 mm. Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa.
Gunung Sinabung puncaknya berada di ketinggian 2.451 meter dari permukaan laut (mdpl). Tahun 2010 lalu sempat meletus.
20 Pendaki
Ketika gunung Sinabung meletus, sebanyak 20 orang dilaporkan sedang melakukan pendakian ke puncaknya. Upaya evakuasi para pendaki segera dilakukan. Salah seorang warga Sigarang-garang, Pelin Barus menyatakan, begitu gunung meletus, pihaknya segera berupaya mendaki untuk mengevakuasi para pendaki tersebut.
“Alhamdulillah, mereka ditemukan dan langsung dibawa turun," kata Barus.
Disebutkan Barus, para pendaki yang seluruhnya berasal dari Medan ini mulai mendaki sekitar tengah malam. Kondisi mereka dalam keadaan baik, dan sudah dibawa keluar dari titik pendakian. “Sudah dipulangkan naik angkutan Rio Transport tadi,” tukas Barus.
Penerbangan Aman
Hingga berita ini ditulis, letusan gunung belum mengganggu penerbangan di Bandara Kuala Namu, Medan. Kendati begitu, pemberitahuan situasi terkini sudah disampaikan kepada pihak maskapai.
Airport Service Manager Bandara Kuala Namu Ali Sophian menyatakan, letusan gunung itu memang menjadi perhatian mereka. Pemantauan terus dilakukan. “Tetapi, sampai saat ini, pagi ini, belum berpengaruh terhadap penerbangan, masih normal,” kata Ali Sophian.
Terkait situasi ini, pihak bandara segera memberikan pemberitahuan kepada maskapai. Dengan demikian pihak maskapai mendapat informasi awal dan dapat mengambil langkah yang diperlukan jika memang ada perkembangan terbaru. “Jika memang abu letusan mengganggu penerbangan, maka akan diambil tindakan yang dianggap perlu tentunya,” kata Sophian.
Silahkan berkomentar dan Terima kasih
*Untuk menyisipkan Emoticon, pilih Emoticonnya
*Untuk menyisipkan Kode, gunakan konversi kode
Konversi KodeEmoticon